Welcome to My Scratch Wall, Stalker..
Save your heart, stop stalking my journal!
Don't ever say I haven't warn you before.

Januari 22, 2012

Terdiam Dijalan Pulang

Kepada malam dengan segala kesunyiannya, dia diam
Dia hanya diam, menatap ramai dibalutan bintang yang terlalu terang
Dia hanya tersedu, saat sapa menyentuhnya
Dia menunduk, seolah memberi isyarat ‘jangan lihat aku’

Dia diam, tapi tidak diam
Dia tersedu , tapi mengelak dibilang sendu
Dia menunduk, tapi dia yakin ini bukan terpuruk

Dia? Dia itu aku, Hawa yang sepi.
Hawa yang mencari apa yang sedang dia cari
Hawa yang berdoa akan segala kediamannya
Menerobos pagar-pagar imajinasi pencarian
Aku hanya diam saat bertanya pada Pecipta tentang kehadiran ku di dunia

Aku hanya diam saat peluru-peluru duka menghampiri bertubi
Aku diam, aku bilang ini pertahanan
Aku diam, aku sedang menikmati diam

Kata mereka suara ku makin lirih, suara ku terlalu sendu untuk didengar dunia

Aku diam, seolah tersesat dipelabuhan yang belum ku kenal
Mencari tempat yang bisa ku panggil ‘rumah’
Mencari sosok yang bisa ku akui sebagai jati diri
Mencari teman yang bisa aku panggil sayang
Mencari selimut yang bisa aku panggil sahabat

Diam, tadinya aku bukan pendiam
Aku diam setelah lelah menapak diribuan aspal tanpa beralaskan nyaman
Aku diam saat semua doa selesai kuhaturkan

Aku menjadi diam saat menyadari terlalu banyak topeng disekitarnya
Aku diam……menyerah…….jatuh…..diam…

Satu yang ku tau, satu yang ku tanya
Hanya satu didalam diam ku yang kuyakini harus harus kutanya
Hanya satu jawaban yang kini ku butuhkan Tuhan, Dimana rumahku?

Aku diam, karena semuanya diam
Tidak ada yang menjawab segala diam ku

Aku rindu rumah, butuh sosok yang bisa ku panggil rumah
Tempat bersandar mengubah segala diam ku dengan senyum
Aku hanya rindu rumah yang bisa memeluk ku di dinginnya malam

Aku butuh Ibu, yang bisa mengusap rintih ku dengan segala doa
Aku butuh rumah..
Aku butuh pulang..

Didalam diam ku, aku berdoa agar dituntun kerumah
Rumah yang bisa menghangatkan ku dari segala dingin topeng-topeng dunia
Rumah yang bisa membuat aku percaya ‘aku tidak sendiri’

Kata mereka.. segala diam ku, segala doa di dalam hatiku..
Segala tangis dalam sepi ku, segala dingin dalam benak ku..
Segala yang ku rasa….segala yang membuat ku terdiam..
Cuma butuh peluk, peluk ibu, peluk sahabat, peluk sesama yang mencintaimu

Mereka bilang.. Jangan diam..
Ada mereka yang akan pinjamkan selimut untuk sepiku
Ada mereka yang sudi pijamkan hati untuk ku jadikan rumah
Ada mereka yang sediakan cinta untuk ku panggil rumah

Mereka bilang.. Jangan diam… jangan sendu…jangan menangis
Ada mereka disini, topeng-topeng bernama sahabat yang selama ini ku ragukan
Para sahabat yang ku fikir hanya diam melihatmu diam

Mereka bilang.. ‘Peluk kami’, menangislah dibahu kami,anggap kami Rumahmu
Karena kami menyayangimu…

Mereka bilang ‘maafkan kami’ yang tidak bisa menyentuh kediamanmu sebelumnya

Mereka bilang ‘kemari sahabatku’, kami disini akan menjadi Rumahmu

Mereka bialng ini bukan topeng, mereka minta jangan ditanya lagi

Mereka bilang aku Rumah mereka..

Mereka bilang ‘genggam tangan kami dan ayo pulang, jangan diam lagi’

Aku bilang.. Aku mau pulang
Aku bosan diam, aku bosan dengan kata ‘kami’
Aku kering disini
Aku hawa yang terbuang
Aku memilih diam

Aku diam menjawab apa yang mereka ‘bilang’
Aku pulang..aku mau pulang.. Pulang..
Teriak ku yang terisak didalam hati
Pulang..

Dalam diam, aku makin diam
Makin diam saat mendengar apa yang mereka ‘bilang’
Terlalu lama sepi ini menanti apa yang mereka ‘bilang
Aku memilih diam. Diam..benar-benar diam
Menyimpan semua tanya hanya untuk aku dan Tuhan

Aku akan terus diam
Diam..diam dan diam.. Hingga semua diamku dijawab dengan genggaman manis menuju rumah
Diam benar-benar diam..hingga aku tau jalan pulang
Diam.



Love,
ham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar