Welcome to My Scratch Wall, Stalker..
Save your heart, stop stalking my journal!
Don't ever say I haven't warn you before.

Maret 24, 2012

Rambut Bob

Hi, Rambut Bob…

Apa kabar? Sudah lama kita gak ngobrol soal cinta.

Belum kapok jatuh cintakan?

Kalau berani jatuh ya harus siap patah, itu yang selalu lo bilang ke gue loh. Sekarang gue balikin lagi kata-kata itu ke elo. Masih berani jatuh cinta?

Ah, I know u, lo pasti gak akan kapok. Kita pernah bahas kan.. seberapa patah dan sakitnya hati karena cinta terakhir yang sempet dipercaya, kita gak akan nyesel, malah nagih, nagih cinta baru, nagih cinta baru buat nyembuhin yang terakhir.

Lagiankan yah, bukan waktu yang bakal nyembuhin luka lo, tapi cinta baru. Rambut Bob, mau sembuh nggak? Ya jatuh cinta lagilah kalau mau cepet lupa luka yang lama.

Sekarang lagi dekat sama siapa?

Jangan balikan, kata mereka, balikan itu suatu bentuk move on yang mundur. Kinda oxymoron, right? Rrrr.. lo ngga mau kan pangilan sayang gue berubah dari mblo jadi mblo'on ke lo? Jangan jilat ludah sendiri kalau kata orang tua jaman dulu.

Nah, nunggu apa lagi? Cakep udah, sexy udah, pinter udah, pakai baju yang cantik gih, pakai blush on pink, muka lo tuh pucet banget sekarang.. Yang cantik, liat sekeliling, jangan berfikiran terlalu jauh, I mean.. keseringan ngarep yang jauh-jauh, padahal di sekitar lo juga banyak pria yang layak dicintai. Ayolah rambut bob.. buka hati lagi. Cinta bukan hal yang perlu dikapokin.

Lo pikir kalau keseringan jatuh maka lo bakal remuk? Nggak… justru lo makin kuat, makin keren, makin bisa tau mana yang layak disisir, biar lo mengembang sempurna selayaknya rambut bob di sampul Vogue.

Udah.. lupain dia yang udah nyakitin lo, dia bakal nyesel ngeliat lo yang sekarang. Gosipnya sekarang udah kurusan? Rambut makin panjang? Dan lagi proses perapihan gigi dengan pasang behel? Woooo.. gue jamin, nanti pas dia liat lo bakal nyesel sampe galau mampus di timeline karena udah pernah nyianyiain orang sehebat lo demi seseorang yang entah apa. hehe

Dan jika saat itu tiba, lo udah gak peduli lagi, karena elo udah bahagia dengan cinta baru yang bisa bikin lo tersenyum tiap kali namanya tereja di kepala lo. Ngaku deh, sekarang udah ada yang barukan? Cuma masih aja lo ngeyel dan gak mau cerita-cerita dia ke gue? Yakan?

Ah, Rambut Bob. Lo emang harus jaga hati baik-baik sih, tapi tenang, gue bisa kasih tau lo tempat buat imun patah hati. Atau sore ini lo mau gue anter ke roxy? Cari anti-spy buat hati lo biar ngga kegores-gores lagi? Kayak hati gue nih! Udah sering banget jatuh, udah gak akan berasa lagi kalau ada yang matahin, malah gak akan bisa patah lagi. Gak apa, gue gak akan kapok kok nerima nama baru di sini. Asal lo seneng, gue pasti bahagia.

Kabar-kabarin kalau udah ada taksiran baru.

Dan stop dengerin Adele! You don’t need to find someone like him.
























Ketjoep with Love,
ham

Maret 15, 2012

Menemukan Sesuatu Yang Tidak Ada



Pelajaran Matematika. Guru kami bapak mungil dengan celana yang sebentar-sebentar turun sedikit ke pinggulnya. Katanya, kami harus mencari angka yang tepat untuk mengganti x agar jumlahnya nol. Jika kamu adalah x, aku akan berhenti membenci pelajaran ini setelah menemukan angka untuk membuatmu tak ada.

"Tapi tak bisa", kata Pak Guru sambil menaikkan celananya. "Sebab belum ada rumus yang ditemukan untuk menghapus variabel cinta."


Pelajaran Bahasa Indonesia. Guru kami perempuan seksi tigapuluhan dengan rajah di pergelangan tangan. Katanya, kami bisa suka-suka menciptakan semesta saat menulis puisi-puisi cinta. Jika benar begitu, aku akan menulis semesta sempurna yang tidak ada kamu, lalu tinggal sendiri saja di dalamnya.

"Tapi tak bisa", kata Bu Guru sambil membetulkan kacamatanya. "Sebab cinta tetap akan mengikutimu dalam semesta yang pura-pura."


Pelajaran Olahraga. Guru kami jejaka sarjana muda dengan tubuh tegap dan kulit cokelat menggoda. Katanya, kami dapat dengan mudah memasukkan bola ke dalam keranjang dengan perhitungan seksama. Jika aku sudah bisa, akan kuanggap kamu bola lalu kulempar masuk keranjang yang tak berlubang di bawahnya.

"Tapi tak bisa", kata Pak Guru sambil menyeka keringatnya. "Sebab tak perlu celah bagi cinta untuk kembali ke dadamu kapan saja."


Maka kutanya pada Pak Kepala Sekolah yang sudah banyak beruban, yang dalam benakku terlalu banyak makan asa garam kehidupan, dalam pelajaran apa aku bisa menemukan cara berhenti jatuh cinta. Ia berpikir lama sekali sampai akhirnya berkata sambil mengusap-usap jenggotnya:

"Sesungguhnya, nak, yang ingin kautemukan itu
adalah sesuatu yang tidak ada."



March 15th,

Love
Ham

Maret 06, 2012

Biarkan aku tetap seperti ini

Andai kau tahu, Rana, tertawa tanpamu itu sulit, tentu kau tak akan pernah melarangku menangis.


Ibu mengusap air mata yang perlahan jatuh di pipiku, ini kesekian kalinya Ibu melihatku menangis. Tapi tak sedikitpun Ibu bertanya padaku mengapa aku menangis. Aku sendiri pun telah melupakan alasan yang membuat air mata ini menciptakan aliran sungai di pipiku.


Ku lihat sekilas di mata Ibu ada air mata yang menetes. mungkin karenaku.


“Res, mengapa tak mau ke Rumah Sakit? Andai saja kamu mengerti harapan Ibu padamu nak..” ucap Ibu sambil memeluk tubuh ku.


Dan andai ibu juga mengerti apa yang kurasakan saat ini, mungkin Ibu akan tahu mengapa aku lebih memilih disini, tetap begini. Aku berbisik dalam hatiku.


Ku paksakan sebuah senyum termanisku untuk Ibu, agar ia berhenti meneteskan air matanya, agar wajah ayunya tak tertutup oleh gurat gurat kesedihan. Aku tersenyum, kemudian mengajak Ibu tertawa melupakan kesedihan yang baru saja melingkupi kami. Ibu masih saja menangis, ah.. Ibu memang terlalu rapuh batin ku dalam hati. Ia tak bisa sepertiku yang selalu bisa tertawa. Ibu memang kerapkali seperti ini, aku sudah terbiasa melihatnya menangis. Kita memang seringkali menangis bersama-sama.


***

Saat aku membuka mata, kulihat seseorang menyuntikkan cairan padaku, tiba-tiba pandanganku mengabur dan hanya gelap yang bisa kulihat. Aku seperti ingin kembali tertidur. Dengan samar masih bisa ku dengar isak tangis Ibu di sampingku, aku merasakan tubuhku diangkat, entah akan dibawa kemana tapi aku mencurigai sesuatu.


Saat aku terbangun, kulihat Ibu dengan air mata yang masih menetes. Aku tersenyum pada Ibu, kupandangi wajahnya yang mirip dengan kekasihku Rana. Kutemukan tatapan mata penuh cinta, mirip tatapan Rana ketika menatap mataku.


Ah… tiba-tiba aku menjadi rindu dengan Rana, terlintas bayangan Rana berkelebat dalam pikiranku, senyumnya, tatap matanya, hangat peluknya. Rana kau memang mempesona, tak salah aku memilihmu menjadi kekasihku.


Aku kembali teringat dengan Ibu yang tadi menangis, aku pun segera menghempaskan bayangan Rana dari pikiranku. Aku tersenyum lagi, tapi Ibu tetap menangis.


”Ibu jangan menangis” aku berkata padanya, ingin ku usap air mata itu dari pipinya, sama seperti yang selalu Ibu lakukan tiap kali aku menangis.


Saat akan kuangkat tanganku, kurasakan sesuatu menahannya, tanganku terikat pada sisi tempat tidur ini. Aku meberusaha melepasnya tapi tak bisa. Ikatan ini terlalu kuat. Aku berteriak, meronta-ronta. Aku menagis sekencang –kencangnya, ku maki semua orang yang ada disini, tapi mereka tak mau menolongku untuk melepaskan ikatan ini dariku. Kurasakan Ibu memelukku, berusaha menenangkanku.


”Tenganglah nak, kini kau berada di tempat yang tepat, kau akan sembuh dan menyalakan lagi lentera kehidupan Ibu, kau anakku satu-satunya, Ibu tak mau kau terluka” suara Ibu terdengar samar diantara isak tangisnya.


Kini aku sadar Ibu telah membawaku ke Rumah sakit, tempat dimana aku akan disembuhkan. Tempat dimana akan membangun lagi kenangan yang sejauh ini berusaha kulupakan, meski terkadang aku mengingatnya dan aku menangis kala itu.



***

Dear Resa,


Res, maafkan atas semua kesalahanku kali ini, aku tahu semua ini akan meyakitimu, tapi aku percaya kau akan sanggup melewati semua ini tanpa aku, aku percaya kau akan kuat membangun mimpi –mimpimu tanpa aku.

Andai saja aku memiliki pilihan, aku pasti memilih untuk tetap bersamamu dan andai saja aku bisa memutar waktu akan kuputar saat Ayah belum meninggal dunia dan membatalkan perjodohanku dengan Ardi.

Tapi kau tahu kan Res, aku tak sekuat itu untuk bisa melakukan perubahan yang kita harapkan.

Res, aku telah memutuskan untuk mengatakan semuanya pada Ayah, agar kelak ia merestui hubungan kita. Aku tak sanggup menata kehidupanku tanpa kamu. Berjanjilah padaku, jangan menangisi dan menyalahkan keputusanku, percayalah.. aku pasti bisa membujuk Ayah dan kita akan kekal abadi bersama nanti.


Yang selalu mencintaimu

Rana



Kubaca ulang surat Rana yang ia berikan pada Resa, sebelum kepergiannya. Masih ku ingat ekspresi Resa kala aku memberikan surat itu padanya, air matanya menetes deras, namun ia segera mengusapnya. Ia mencoba tersenyum, namun gagal dan air mata kembali menetes di pipinya. Isak tangisnya seperti tercekat di tengorokan tak ada suara hingga ku dengar Resa terawa tebahak-bahak sambil berkata ”aku tidak menangis Rana!!! Aku tidak menangis, lihatlah aku..” ”hahhahahahhaha… aku tidak akan menangis, percayalah. Hahahhahahha.” kemudian ia terjatuh dan tak sadarkan diri.


Saat ia sadar tak lagi kutemukan Resa putraku, yang kudapati hanyalah Resa yang tiba-tiba menangis lalu tertawa terbahak-bahak. Tatapan matanya selalu kosong, tak ada harapan apapun disana.


Sering kutemui ia bercakap-cakap dengan tembok di kamarnya, sering pula ku lihat ia menangis memeluk guling.


Sebagai ibu tentu hatiku sangat sakit menyaksikan anak kesayanganku seperti itu.


Resa selalu meronta tiap kali ku ajak ia kerumah sakit, ia selalu menolak dan mengamuk setiap kali dokter mencoba memeriksanya. Kini sudah enam bulan Resa berada dalam keterasingan hidupnya, dan aku sudah tak sanggup lagi membiarkan keadaannya.


Kulipat kembali surat itu, entah setiap kali aku membacanya aku ingin segara mencarikan Rana yang baru untuk Resa. Rana yang bisa menyembuhkan dan menumbuhkan semangat lagi dalam hidup Resa.


***

Ibu, andai Ibu tahu aku tidak pernah gila, andai Ibu tahu semua yang kulakukan hanya untuk menutupi luka yang menganga dalam hatiku, untuk melupakan bahwa sesuatu telah terjadi pada hidupku.


Dengan begini aku tak kan sadar bahwa Rana benar-benar telah pergi, aku bisa menganggapnya ada kapan pun aku mau, aku bisa mengajaknya bercengkerama meskipun saat itu yang Ibu lihat aku berbicara pada dinding.


Ibu aku lebih nyaman dengan hal yang Ibu anggap gila ini, aku lebih tenang karna aku tak pernah merasa kehilangan Rana.


Biarkan aku tetap seperti ini Ibu, menikmati hidupku dengan kegilaan ini, menciptakan kembali Rana dengan kenangan yang aku miliki bersamanya.


Biarkan aku gila Ibu…


Kesembuhanku nanti hanya akan menjadi awal dari kegilaanku tanpa Rana, hanya akan menjadi luka yang tak tunjung usai.


Biarkan aku tetap seperti ini, ibu..




















March 2012

Love,

ham