Welcome to My Scratch Wall, Stalker..
Save your heart, stop stalking my journal!
Don't ever say I haven't warn you before.

Januari 18, 2012

Empat Paragraf Rindu

Selamat sore, Mendung.

Aku si pembosan, kali ini kalah telak dilumat pelan-pelan oleh rindu yang selama ini belum pernah kusentuh. Untuk mu, aku mengaku kalah.. gengsiku mati dihantam bertubi-tubi oleh keinginan untuk bisa menyentuhmu. Laksana roman yang ditulis para pemuja cinta, aku siap melalui ratusan halaman panjang untuk bisa mendarat sempurna dikedua lenganmu. Inikah yang biasa orang sebut rindu terkutuk? Aku pun bertanya; ada apa dengan diriku kini?

Andai semua ini cuma mimpi, andai apa yang kurasa ini tidak nyata, pasti saat menulis surat ini pipiku tak akan basah, karna tak kuat menahan sendu untuk bertemu. Untukmu yang pernah menghujaniku dengan kecupan, untukmu yang pernah menghangatkanku dengan pelukan, untukmu yang tidak pernah bosan membuatku tertawa, untukmu sosok yang paling kurindui saat tidur menutup hariku, dan untukmu pemilik suara yang membuat pagiku ceria, aku rindu. Lihat sayang.. langit-langit dikamarku sedang tertawa, menertawakan si pembosan yang kali ini dikutuk rindu karna dulu pernah sombong menyepelekan penantian. Ini mungkin bukan pertama kali kamu mendengar aku merindukanmu. Atau mungkin, disana, saat kamu membaca surat ini, kamu pun tertawa karna bosan mengetahui aku terus menerus merindukanmu.

Aku disini, akan menikahi sepi sampai waktu menceraikan jarak diantara kita, sampai masa itu tiba, aku akan setia melacurkan diri pada rindu. Untukmu akan kukumpulkan setiap tetes rinduku dalam cawan berbentuk senyum, yang nanti akan kita nikmati saat tatap kita menjadi cerita nyata. Langkah ini, langkah menuju pelukmu tidak akan pernah terhenti, meski dunia memusuhiku, meski mereka berkata ‘jangan’, tidak sayang..kali ini aku yakin ceritanya akan berbeda. Indah tatapmu, hangat pelukmu, renyah suaramu, candu kecupmu akan membuat segala sepi yang kunikmati tidak percuma, tidak sedikitpun. Aku akan tenang menanti tanpa sedikitpun bertanya ‘sampai kapan’.

Akan kutitipkan pada hujan, sekotak mimpi yang kurajut dengan rindu, Untuk kamu nikmati ditiap kali Langit merobohkan senyummu, Ingat.. ada aku yang Akan selalu siap membuatmu tersenyum kembali. Sayang..

























Rindu itu, masih kamu..

Love,
ham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar