Kamu lembar-lembar halaman yang tak ingin segera kupungkas
Sepenuh diriku mempelajarimu hingga nyaris tandas
Kamu helai saputangan retas
Sepetak kenyamanan yang tahu benar bagaimana mengabaikan kesenangan diri dengan ikhlas
Kamu ritmis gerimis pukul enam pagi
Selimut awan-awan mendung, penghalau terik ketakutan yang seringkali tiada ujung
Kamu sejumput tembakau tergulung papir
Rela membakar diri agar lidahku hilang getir
Kamu kuku-kuku tangan yang sudi terkikir
Sekadar tak ingin sentuhan kusalahartikan sebagai cakaran, penyebab ketir
Kamu ceruk asbak kayu tua
Setia jadi wadah segala khawatir yang tiada bisa diterjemahkan bahasa
Kamu gurat luka tak kasat mata
Saksi hidup jerih payah diri menebus bahagia
Kamu setiap kata yang menyusun bait-bait sajak ini
Perwakilan segala yang ada pada diri
Sensasi Illahi terbaik yang sempat kumiliki
Selamat bulan ke delapan, sayang. Maafkan segala kekuranganku yang selalu merasa kurang akanmu.
Love,
Ham