Welcome to My Scratch Wall, Stalker..
Save your heart, stop stalking my journal!
Don't ever say I haven't warn you before.

Januari 21, 2012

Hujan Dikala Senja

Sepiku membeku, meronta didalam sebuah jantung yang hampir biru menahan pilu

Kali ini aku memilih diam, terdiam dikala Senja

Mencoba mengenang yang tersisa, entah apa guna

Aku ingat, dibawah langit sore kala itu, menanti Senja denganmu

Seorang pemuda Hujan yang masih saja membuatku merona tiap kali melihat lengkung senyum diwajahnya

Kamu. Masih ingatkah? Masihkah terasa pelukanku saat malam mencabut nyawa langit kesukaanku

Ah..itu dulu, cerita ini sudah tak bisa lagi melahirkan tawa tiap kali kukenang

Senja kali ini, aku mengadahkan kepala, membiarkan rintikmu membasuh rindu yang makin kelabu

Sayangku, dimana kamu? Disini makin berdebu, aku butuh sentuhmu

Sayang? Apa masih bisa aku memanggilmu “Sayang” ?

Entahlah, lidahku terlalu kaku untuk mengeja kata keramat itu tiap kali suaramu menyapa

Ah..gila, ada apa dengan aku?

Ada apa dengan kamu?

Ada apa dengan segala kedinginan yang makin menjauhkan kata ‘kita’ ?

Ada apa, Sayang?


Boleh aku minta satu? Satu kali saja temani aku menikmati Senja dengan bersandar dibahumu

Boleh aku minta satu? Satu kali saja belai rambutku seperti dahulu

Boleh aku minta satu? Kecup keningku sebelum malam berlalu

Boleh aku minta satu? Peluk aku, berpura-puralah menjadi sayapku tanpa mengganggapku sebagai benalu

Boleh aku minta satu? Temani aku menari dibawah Hujan seperti janji yang telah berlalu

Boleh aku minta satu? Tatap kedua mataku dengan dalam, panggil aku “Sayang”, sekali saja, sebelum karma membunuh ku karena terlalu sendu

Masih bolehkah aku meminta satu? Kamu. Yang dulu.

Boleh?

Januari 2012,
Hujan Dikala Senja
ham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar