Welcome to My Scratch Wall, Stalker..
Save your heart, stop stalking my journal!
Don't ever say I haven't warn you before.

September 28, 2012

Bukan ingin mengasihani kamu, aku hanya tidak tega melihatmu menderita.

aku ingin masuk ke dalam kepalamu, lalu membunuh aku

aku ingin masuk ke dalam hatimu, lalu mengambil setiap bagian tubuhku

aku ingin menelusuri setiap senti tubuhmu dan tulang

sel
lubang
pori
ruas

lalu
menghapus
setiap
jejak
kenangan
yang pernah kutinggalkan

kemudian pergi tak kembali

agar tiada lagi aku, agar kau lupa tentang aku


agar hanya aku yang bisa mengingat kita





September 2012
Love, ham

September 04, 2012

Karam..




Ada kala aku merasa seperti matahari, dan menganggap kamu bulan yang kuhidupi-namun terpisahkan sepanjang pagi dan malam. Jarak yang abadi.

Seperti jarak di antara kita, yang sedemikian dekat, lebih tipis dari sekat namun amat jauh dari segala. Terutama setelah kehadirannya, jarak mencapai titik terjauhnya. Ada kala kita berpelukan, dan pundakku jadi segala kolam yang menampung tangisan. Tangisanmu, air mata yang mengalir karena duka yang ditorehkannya–ialah duri-duri mawar dari pelukanmu yang menancap di punggungku.

“Terima kasih,” ujarmu lirih. Anggukanku lebih dari sekedar jawaban. Tidak perlu kata-kata yang banyak untukmu. Pelukan sudah jadi sebuah tindakan penyelamatan bagi seluruh dukamu. Aku tahu kamu mengerti apa yang aku akan selalu sediakan untukmu. Kamu tahu aku mengerti hanya inilah yang bisa kusediakan untukmu. Tidak ada saling meminta yang lebih dari ini. Mengertimu hanya untuk pribadi, sama sekali bukan untuk berbagi.

Sesungguhnya aku tak pernah bermaksud membuatmu menangis. Namun begitulah, tidak selamanya yang kumaksudkan baik, adalah benar bagimu. Kita tidak seharusnya saling mengerti. Tapi tidak juga harus menyakiti. Atau mungkin sebaiknya kita tak pernah bertemu.

Aku bahagia bila kamu bahagia. Meski bahagiamu karenaku lebih membahagiakanku daripada bahagiamu karenanya. Pernah kulihat senyummu yang penuh cinta–cinta kepadanya–aku mati hati, terkubur di liang sepi.

Ingin aku katakan segala isi pikiranku kepadamu-bukan perasaanku-tentang kamu dan dia. Bahwa dia yang sedemikian kamu cintai, ialah dia yang senantiasa menyakiti. Hubungan yang sedemikian susah kamu perjuangkan, ialah hubungan yang memiliki segala alasan untuk kamu lepaskan. Namun aku tenggelam dalam ketakutanku, kehilanganmu.

Sayang, aku bukan kekasihmu. Tapi beginilah aku, setia menunggumu, setia hadir dalam setiap kesedihanmu. Setia menampung setiap tetes air matamu.

Kuingatkan sekali lagi sayang, hatiku memiliki pintu yang senantiasa menunggu jemarimu mengetuk. Sebut namamu yang merupakan kunci agar pintu ini terbuka dan silahkan masuki. Namun jika terlalu lama, kamu tak pula datang mengetuk, pintu ini akan kukunci selamanya. Menutup pintu dan telinga, meninggalkanmu mengetuk di depannya.

Ternyata cara paling hebat melukaimu, ialah mengabaikanmu.

Selamat karam, kekasihku—di laut malam.

August 2012
Ham