Welcome to My Scratch Wall, Stalker..
Save your heart, stop stalking my journal!
Don't ever say I haven't warn you before.

November 15, 2014

Belum Selesai

Pelan-pelan aku merintih, dalam kesepian-saat terlalu jauh darimu
Karena, bila kita tidak lagi dekat, dadaku tak pernah berdebar sama

Ayah,

Di pahamu, air mataku menemukan muara
Di pelukmu, umurku hanya angka
Untukku, kau, adalah cinta tak terganti oleh ribuan kekasih
yang datang berkunjung, lalu pergi

Saat jarak merentang sedemikian, aku koma
kemudian air mata, jatuh merindukanmu

Ayah,

Tulisan ini, belum (atau mungkin tak akan) selesai memujamu


Selamat Hari Ayah, Hidayat Abdul Manan
22 tahun menjaga si bengal
Yang tak pernah dewasa di pelukannya.
























Love,
HAM

Oktober 30, 2013

Tahun Ke Dua Puluh

Selamat seperlima abad lewat, Hani!






















Seharusnya foto ini terposting tanggal 29 bulan lalu, ah lagi-lagi karena saya pemalas sejati, hal sakral seperti ini terlupakan.

Banyak hadiah yang saya dapatkan tahun ini, kejutan dari teman-teman, cerita cinta yang melulu gagal dan membuat saya lebih berhati-hati, kembali menemukan (ditemukan?) seseorang untuk dicintai, juga bayaran ‘kosong’ dari Tuhan untuk rasa yang dulu terlalu saya puja.

Bukan umur yang kecil untuk terus-terusan mengajak bercanda kenyataan, namun juga terlalu muda untuk serius marah-marah pada takdir.

Jadi sebenarnya apa mau saya? ah..kalau harus dideretkan selembar kertaspun tidak akan pernah cukup untuk mengeja satu-persatu segala kemauan saya. Dan akhirnya tahun ini saya putuskan tidak akan membuat “doa khusus” seperti tahun-tahun sebelumnya di tiap hari penambahan usia.

Tidak, bukannya saya pesimis atau pasrah. Ini sekedar belajar “santai”, menikmati yang sudah ada di depan mata, dan berhenti menyusun rencana yang muluk-muluk.

Kadang terlalu sering ber-positif thinking bisa bikin saya terbang, pas ternyata tidak sesuai harapan, saya sudah terlanjur tinggi, dan akhirnya pas jatuh, sakit sekali.

Saya suka ber-negatif thinking atas apa yang telah saya lakukan, jelek sih, jangan ditiru, itu sekedar benteng bodoh ciptaan saya agar tidak terlalu sakit diserang kecawa. Jika nanti apa yang saya fikirkan salah, dan hasilnya justru bagus, ya akan saya anggap sebagai hadiah. Simple.


Cukup sudah melanturnya, sebenarnya tujuan dipostingnya foto-foto ini cuma satu, saya mau berterima kasih kepada sahabat-sahabat saya; April, Suep, Okti, yang sudah repot-repot menyusun acara kecil bermakna ini. Terlebih dari itu, saya berterima kasih untuk mereka karena telah ada di sisi saya selama ini, baik di kala senang maupun sedih, dikala mabuk, dan sadar.




Berbagi peluk dan cerita dengan kalian, meringankan segala beban rahasia yang selama ini tertahan gengsi. Terima kasih, telah menjadi bagian cerita di kala waktu mengantar saya meluluskan seperlima abad.

Ah kalian, jangan pernah bosan menyebut saya 'teman' ya!

Teruntuk juga kawan-kawan yang lain atas segala semoga-semoga terbaik yang dialamatkan kepada saya, ah terima kasih, kalian!

Well, yeah..
Save the best for the last;

Terakhir, dan terspesial, terima kasih, Kamal Khoirul Anam. Terima kasih untuk semua kejutan manis, untuk semua tawa, cinta, cerita. Terima kasih untuk hadir di hidup saya, kamu kado terindah dari Tuhan untuk saya di tahun ke dua puluh satu ini.
I love you and will always do..















October 2013,
Ham
Love, ham

Mei 06, 2013

Delapan Kamu Yang Mendapat Tempat di Dadaku

Kamu lembar-lembar halaman yang tak ingin segera kupungkas
Sepenuh diriku mempelajarimu hingga nyaris tandas

Kamu helai saputangan retas
Sepetak kenyamanan yang tahu benar bagaimana mengabaikan kesenangan diri dengan ikhlas

Kamu ritmis gerimis pukul enam pagi
Selimut awan-awan mendung, penghalau terik ketakutan yang seringkali tiada ujung

Kamu sejumput tembakau tergulung papir
Rela membakar diri agar lidahku hilang getir

Kamu kuku-kuku tangan yang sudi terkikir
Sekadar tak ingin sentuhan kusalahartikan sebagai cakaran, penyebab ketir

Kamu ceruk asbak kayu tua
Setia jadi wadah segala khawatir yang tiada bisa diterjemahkan bahasa

Kamu gurat luka tak kasat mata
Saksi hidup jerih payah diri menebus bahagia

Kamu setiap kata yang menyusun bait-bait sajak ini
Perwakilan segala yang ada pada diri
Sensasi Illahi terbaik yang sempat kumiliki

Selamat bulan ke delapan, sayang. Maafkan segala kekuranganku yang selalu merasa kurang akanmu.



Love,
Ham

Maret 25, 2013

Untuk Pak Presiden

Selamat pagi, Pak.

Salam hormat dari saya, satu dari ratusan juta penduduk negeri yang sudah bapak imami sejak tahun 2004 dulu, sampai tahun 2014 nanti. Wah, sepuluh tahun dari hidup bapak dihabiskan untuk menjadi orang nomor satu dari Sabang sampai Merauke. Bagaimana rasanya Pak? Saya tidak sanggup membayangkan. Tanggung jawab yang pastilah teramat besar ya, Pak? Semoga tuhan mendengar doa saya untuk bapak. Doa sederhana supaya bapak diberi kekuatan untuk melindungi kami dan berjuang sekuat tenaga untuk negeri ini.

Saya tahu bapak bukan orang baru di dunia politik. Bapak pernah jadi menteri kan dulunya? Tapi saya yang waktu itu masih pakai seragam merah putih tidak terlalu mengerti urusan pemerintahan. Sampai sekarang pun sebenarnya belum ngerti, Pak. Mungkin memang saya yang malas dan tidak mau mencoba untuk mengerti. Tapi saya janji sama bapak, saya yang sekarang sudah lulus SMA dan sedang kuliah ini akan lebih sering baca koran. Lebih sering nonton berita. Supaya saya bisa lebih mengerti bapak. Saya mau belajar memahami bapak.

Saya ingat waktu bapak sedang sibuk kampanye, tiap hari saya merengek pada ayah dan ibu saya supaya memilih bapak sebagai presiden. Alasannya sederhana. Wajah bapak terlihat paling jujur dan mengayomi dibanding calon yang lain. Bapak juga yang wajahnya paling ganteng. Saya nggak tahu apa ayah dan ibu saya menuruti permintaan saya yang lugu dan tak tahu malu itu, tapi toh bapak tetap menang. Waktu itu saya ikut senang.

 Tapi setelah bertahun-tahun lewat, kenapa keadaan bangsa kita -bisa dibilang- masih begini-begini saja? Malah ada beberapa hal yang semakin parah. Saya takut Pak. Saya takut tapi bingung harus berbuat apa. Mungkin masalah kita memang segitu banyak dan kompleksnya ya Pak? Mungkin bapak merasa bingung juga. Tapi bedanya, bapak-semoga- tahu apa yang harus dilakukan. Lakukan apapun yang harus bapak lakukan, Pak. Masih ada waktu setahun lagi. Jangan sampai bapak turun lalu jadi satu dari sekian banyak yang dicaci. Saya mendoakan yang terbaik untuk bapak.



Love,
ham