Welcome to My Scratch Wall, Stalker..
Save your heart, stop stalking my journal!
Don't ever say I haven't warn you before.

Februari 28, 2012

Tiga Paragraf Pertama

Untukmu, Elang;



Diantara sunyi aku menyatukan tiap kata yang mungkin tidak akan berani aku utarakan sambil menatap matamu. Ah, mungkin bagimu surat menyurat seperti ini adalah hal konyol dan menggelikan, tapi entah kenapa siang ini, jemariku bersemangat memecah namamu menjadi tiga paragraf pelahir rona di pipiku yang masih terasa perih. Hey, masih ingat perjumpaan kembali pertama kita di reuni itu? Aku masih ingat pakaian yang kamu kenakan saat pertama kali berjumpa di hari itu, kaus gombrong merah muda serta celana jins panjang yang membuatku kecil hati karena ukuran pahamu ternyata lebih kecil dari milikku. Namun ada satu hal yang tidak akan bisa aku lupa, binar di matamu, aku mengagumi tatapmu. Aku menemukan senyumku di dalam matamu, senyum yang sempat hilang terlumat cerita terakhir yang kutulis.

Entahlah cerita apalagi yang aku baca di lembar kali ini. Satu yang aku yakin, akan ada namamu di cerita kali ini. Halaman baru, kisah baru, dan semoga senyum baru. Akan kutapaki dengan lebih hati-hati, kubaca tanpa perlu membalik halaman sebelumnya, terus baca hingga Dia kelelahan menuliskan namamu di ceritaku.

Pada bahumu, aku ingin meletakkan penat yang seketika kamu ganti dengan cerita-cerita menenun senyum. Untuk senyum-senyum yang sekarang menggantung di wajahku tiap kali dinding-dinding imajiku melukis parasmu, aku mengucapkan terima kasih. Terima kasih, kamu! Entah apa yang kamu rasa saat membaca surat ini, yang pasti aku sedang bimbang untuk memberikan surat ini atau tidak ke kamu. Rasanya mau kuhentikan surat ini, malu.. tapi jika kubandingkan dengan hangat yang kurasa ditiap kali aku bersandar di bahumu, tiap kali  jemari kita bersatu.. Ah, aku sudah pernah bilangkan, kalau aku suka matamu? tambahkan dua lagi, aku kecanduan bersandar di bahumu, jemariku menemukan nyaman terpeluk jemarimu.

Baiklah, sebaiknya kusudahi surat ini, pipiku makin merona tiap kali kata perkata kuketik. Oiya, aku masih hutang peluk, semoga bisa kubayar di rumah yang sedang kamu pertimbangkan untuk datangi akhir minggu ini. Ya, semoga kali ini cerita yang baik, entah akan terjatuh atau tidak, semoga kali ini baik..






















February 2012

For my Andre Dwi Cahyo.

Love,
ham

Februari 24, 2012

Deep Love





Boy: "I broke up with her. "

His Best Friend: "What happened?"

Boy: "She’s just too much for me."

His Best Friend: "What makes you say that? What did she do wrong?"

Boy: "Well, for one.. She only cared about her appearance. Always had to look good, always took forever to get dressed! So insecure.. "

His Best Friend: "So, you broke her heart because she wanted to keep your eyes locked on her? She wanted you to see that you have the prettiest girl under your sleeve and not think otherwise? I see... "

Boy: "Oh.. Well.. She’d often call me or text me asking where I am, who I’m with, telling me not to smoke, not to drink. She’s so clingy!"

His Best Friend: "So, you broke her heart because she cares about your well being? Because she cares about you a lot? And her greatest fear is losing you. I see.. "

Boy: "But.. Uhh.. Well, she’d always cry when I say something slightly mean. She can’t handle anything. She’s a crybaby!"

His Best Friend: "So, you broke her heart because she has feelings? And because she just wanted to hear you say you love her? I see.."

Boy: "I..... Well! You know, she’d get jealous easily. I could barely talk to other girls! She’s so annoying! I had to hide it from her so she wouldn’t bitch about it."

His Best Friend: "So, you broke her heart because she just wanted you to commit to her? She thought you were faithful, but you lied so she could find out later and hurt even more? She just wanted the guy she loves the most to love only her. I see.."

Boy: "Well, she....."

His Best Friend: "You broke up with her because she’s good for you? She just wanted the best for you? She’s broken now because you were selfish. Are you proud?"

Boy: "I broke her heart.. Because I couldn’t see what was happening.. What happened to me?"

His Best Friend: "You lost the girl that loved you like no one else could. You see? You didn’t want her when all she ever wanted was you. THAT’S what happened!"


February 2012
Love,
ham

Februari 20, 2012

Im not in love, Love is in me..

Good morning, You..

Last Saturday I met my friend, he said that I smile a lot lately and he ask me something; “Are you in love?” and with no doubt I answer; “No, love is in me”. And guess with who? Yup, with you.

You know what, you’re the first thing to enter my mind in the morning and the last thing to leave my heart at night. Did you realize, my morning greeting doesn’t only mean “good morning”, it has a silent loving message saying; “I think of you when I wake up”.

You make me totally drunk with joy and happiness. It’s not being in love that make me happy. It’s being in love with you. You make my smile, laugh and make me know how to spell Love beautifully. And I realize something, that our whole relationship is one big inside joke that no one will understand but us. Yes, you’ve made my days.

Every time I think of you, I feel like I could touch a star without standing on tiptoe. People say nothing in the world is perfect, but I know one exception, the joining of two hearts. Our heart; yours and mine.

It’s kinda weird, we just met and I (can) miss you in the morning, in the middle of the day, in the hours we are together, and the hours we are away.

It’s not about who you’re to the world, it’s who you’re to me, and I think you’re my new world. I really don’t care about your past, because all I need is our future. I may not know everything, but there’s one thing that I know and am sure of; I love you, Adc.


“I used to hide and watch you from a distance and i knew you realized
I was looking for a time to get closer at least to say… “hello”
And I can’t stand to wait your love is coming to my life
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don’t ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true…"



But, don’t you ever say that you love me (too), unless you really mean it because I might do something crazy like……. believe it. And if loving you is wrong, I never want to be right again.

And It’s all good: no drama.
#nowplaying Endah 'n Rhesa - When you love someone

Love,
ham

Februari 15, 2012

Iri

Kalau boleh jujur padamu, sesungguhnya aku iri padanya. Bukan… bukan cemburu, hanya iri karena kehadirannya sangat dibutuhkan olehmu. Memang benar kau jauh lebih dulu mengenalnya sebelum aku datang tapi aku bertanya-tanya dalam hati apakah kau lebih mencintainya daripada mencintai aku.

Dia selalu ada didekatmu, menemani aktivitasmu. Saat kau menyesap kopi, saat kau duduk manis di kloset, saat kau terpaku pada layar notebook, saat kau makan, saat kau membaca, bahkan sesaat sebelum kau terlelap. Sungguh aku iri melihatmu begitu menikmati waktu bersama dengannya, kau menggenggamnya dengan jemarimu yang lentik, bahkan begitu syahdunya kau menempelkan bibirmu pada kehangatannya.

Mungkin dia lebih setia daripada aku, selalu ada pada setiap momen hidupmu. Kau tertawa lepas, menangis sesenggukan, bahkan berteriak marah ketika bersamanya. Iya aku iri.. sekali lagi aku iri, sayang.

Dengarkan aku.. tinggalkan dia demi aku dan calon anak kita, dia memberikan pengaruh yang sangat tidak baik. Aku sayang kamu, aku lebih mencintaimu dan menjagamu, dia hanya racun untukmu. Sebelum semuanya terlambat dan anak kita menjadi korbannya, menjauhlah darinya dan berhentilah merokok. Sudah saatnya kau memutuskan hubungan dengan rokok - si teman setiamu. Kamu mengerti kan, Sayang?
















Love,
ham


Februari 14, 2012

Menunggu



Menunggu itu seperti jeda. Jeda yang ada pada dua buah buah kata, yang biasa dipakai penulis dengan tanda koma. Pasti ada kelanjutannya.

Aku tidak pernah melihat bahwa menunggu itu adalah spasi. Karena buatku, lebih baik kau memberikanku banyak tanda koma dari pada banyak spasi. Karena bila kau memberikanku banyak spasi, itu akan menjadikannya kosong. Dan kemudian menjadi jarak.

Kita berdua adalah dua buah kata. Yang berdiri berjauhan. Dan koma itu adalah waktu. Tentu saja yang berdiri duluan itu yang memberikan waktu. Entah kamu atau aku yang memberikan waktu, yang jelas kita sama-sama menunggu? Betapa dungunya.

Kita berdua adalah dua buah kata. Yang berdiri berjauhan. Dan koma itu adalah gengsi. Yang tidak kenal kata rindu. Kemudian menyiksa. Kemudian hati mati. Meledak di tengah jalan. Darahnya berceceran di keypad blackberry –ku. Brengsek!

Kita berdua adalah dua buah kata. Yang berdiri berjauhan. Dan koma itu adalah pisau. Menunggu di rak dapur. Yang di akhir cerita kita akan tahu. Siapa yang berhasil meraihnya lebih dulu.

Kita berdua adalah dua buah kata. Yang berdiri berjauhan. Dan koma itu diam-diam menjadi spasi yang panjang.

Menunggumu, lambat laun menjadi jarak. Yang membuat tempat dimana kita berdiri menjadi sangat jauh, tanpa ada embel-embel ‘dekat di hati’. Karena hatipun kini sudah sama-sama mati.

Lalu mulailah keluar banyak lagu lama dari bibir para penyair “sampai kapanpun aku akan menunggumu, sayang” PREET!!

Koma yang tidak beraturan saja tidak bisa kita atasi, lalu jarak yang kosong apa kabar dunia?

--Hanisious 1 : 48 aku berhenti menuliskan ini. Dan hanya ada 1 kata panjang yang ingin aku sampaikan.

bisakahakuhanyainginmenunggumutanpaspasi (?)

S E L E S A I



Love,
ham

Februari 07, 2012

Kejar Sampai Mati

Sudah bosan dengar bicara cinta, cinta, cinta, cinta..
Bosan sampai mau muntah
Para pujangga yang sering kali bilang ‘cinta itu indah’
Para pencipta lagu yang tidak habisnya membahas ’jatuh cinta berjuta rasanya’
Ibuku yang selalu bilang ’cinta itu hanya punya sinetron’
Di sinetron bilang ’cinta itu segalanya’


Ada yang rela mati demi cinta
Ada yang sanggup jatuh dan terbangun lagi dengan penuh luka
Ada yang memujanya hingga mudah sekali mengumbar cinta
Ada yang tidak pernah bosan mengeja dan menjabarkan cinta dengan kata-kata
Ada yang seperti ini ada yang seperti itu
Ada yang tetap tertidur dan rela hidup di dunia kata ‘andai’ , andai seperti ini dan andai seperti itu
Dunia dongeng.. dunia mimpi.. hidup di antara sadar dan banyak kata andai
Si pemuja.. si pengutuk.. si pemimpi.. si pematah mimpi… si pemain.. si anu si inu

Aku suka jatuh cinta, aku mudah jatuh cinta tepatnya
Mudah bilang ’wow’ mudah percaya ucap dan sikap para pemain
Kapok? Ya..kadang sempat kata itu keluar, tapi lagi-lagi saat mulai ’terjatuh’ aku lupa lagi
Lupa akan kata kapok, lupa akan luka luka.. amnesia pada masa lalu yang katanya ’guru terbaik’
Lupa..tidak kapok..tidak jera.. atau bisa dibilang tidak mau berhenti berusaha

Kejar sampai mati, bukan raga, bukan jiwa, ini masalah hati

Kejar sampai hati ini mati, mati rasa akan rasa suka, kagum, sayang atau bolehlah disebut cinta

Ada berapa banyak sebenarnya? Ada berapa liku yang harus dilewati?
Harus berapa kali belok hingga sampai? Perlu argo sabar berapa banyak hingga cukup memenuhi kateria ’bahagia’ ?
Perlu berapa liter bahan bakar doa yang dipanjatkan agar semuanya sesuai dengan harapan?
Perlu lalui berapa pertanyaan dan nikmati berapa banyak jawaban untuk membuka semuanya?
Berapa? Berapa?

Aku pemuja sekaligus pemain yang memiliki kebiasaan mengumpat
Saat ’jatuh’ aku memuja, saat benar ’terjatuh’ dipermainan aku mulai mengumpat
Mulai dari yang teriak, mengisak hingga diam karena tidak tau lagi harus berkata apa

Perjalanan panjang yang mengejar untuk dikejar
Perjalanan yang sungguh jauh dari kata mulus apalagi lancar
Yang katanya bisa bikin kuat, yang katanya bisa bikin ’belajar dari kesalahan’
Yang katanya bisa mengasah ’kesabaran’
Wow.. wow.. wow….. sambil menghela nafas panjang aku coba mengingat setiap langkah yang sudah kutapaki
Mengingat tapakku, melihat tapak teman, memandang tapak keluarga, menikmati tapak si dia, merenungkan tapak mereka..

Apa yang salah?
Ada yang salah katanya.. bukan disini salahnya..bukan disana katanya.. 
Kata dia, aku yang salah, kata mereka dia yang salah, kata aku.. ada apa? Kenapa?
Kan..lagi-lagi aku jadi mulai banyak tanya..
Tanya yang tidak jua didapati jawabnya, hingga muntah, bosan sampai mau mati

Mati rasa, mati jiwa, mati hati, mati!

Disuruh tenang aku tenang, disuruh sabar aku sabar, disuruh menangis aku menraung, disuruh mati aku gantung diri…
Eerrrggg…!!! sebenaranya ada apa? Ada siapa? Kenapa?
Aku siapa? Mau meledak karena kebanyakan tanda tanya..
Bosaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnn….!!! teriakku kencang..tapi lagi-lagi hanya didalam hati

Disuruh jangan bosan, diminta jangan menyerah, dinasehati jangan berhenti, dia bilang ’terus kejar’
Hey.. kejar apa? Apa yang mau dikejar..? yang mana? Bagaimana? Kenapa?
Ya Tuhan….banyak kebimbangan disini.. banyak yang masih perlu aku pelajari
Belajar lagi? Dari kata ’patah hati’ lagi? 
Adakah kursus singkat? Paket kilat? Aku berani bayar mahal kali ini..
Aku bayar mahal dengan seluruh kepercayaanku atas nama hidup, atas nama kesabaran yang selama ini kujunjung tinggi..
Bisa?


Ah..hanya senyum kecut yang lagi-lagi di dapat..
Ah..bosan… bosan setengah mati..
Sepatu ku bolong.. sudah tidak nyaman untuk mengejar
Sendalku tipis untuk diajak berlari
Kakiku kram dengar kata cinta
Mati rasa saat dihadapkan..

Sudah sudah..  Yasudahlaaaaah..

Sudah..sekali lagi sudah.. aku sudah mencoba mengejar, sedikit lagi aku mati
Sebentar lagi mati.. 

Tuntas sudah nasehat kalian untuk menyuruhku ’kejar sampai mati’


















Februari 2012,

Ham

Februari 04, 2012

Malaikat merindukan pelukan

Aku berjalan tertatih menyusuri jalan menuju rumahku. Sebuah gang kecil yang kumuh. Dari kejauhan aku melihat seorang gadis kecil berusia tiga tahunan duduk di samping tong sampah. Semakin dekat, kulihat ada kilatan cahaya dimatanya,wajahnya ayu, bersih. Tapi kenapa ia disini hatiku bertanya tanya.

“Ma..” ucap si gadis ayu tersebut ketika aku melewatinya. Aku tekesima mendengarnya memanggil ku mama. Aku membalikkan badan, ku hampiri anak tersebut.

“Kamu siapa? kenapa disini malam malam?” ucapku perlahan. Dia diam tak menjawab, matanya menatap mataku. “baiklah ayo ikut aku” aku menggendong gadis itu menuju rumah.

**
Di sofa usang kududukkan ia, kuperhatikan sepasang sayap mainan yang ia kenakan. “Dimana rumahmu nak” kusodorkan segelas air putih. Dia hanya menggeleng. “Baiklah, sekarang kamu tidur besok kita cari rumahmu” kupegang
kedua sayap mainan itu untuk dilepas. Tapi merekat kuat.

“Ma, ini bukan mainan” ucapnya perlahan. Kutatap wajahnya, sinar terang terpancar disana. Aku duduk disampingnya.

“Ma, aku malaikat yang diutus Tuhan untuk menitis kedalam janin yg mama kandung. aku janin yang dulu mama tidak kehendaki.” ia terdiam sejenak. “Tadi, saat aku akan masuk dalam perut mama, kulihat mama sedang merintih sakit diruang dukun itu lagi. Dan ku saksikan ragaku berlumur darah didalam baskom” ia
berkata tanpa ekspresi.

Aku diam air mataku meleleh, ku ingat baru saja aku menggugurkan kandungan ku di rumah seorang dukun langgananku. Aku hanya seorang pelacur, sering kali aku hamil dan sering pula kugugurkan. Aku tak mungkin bisa mendidik anak. Aku hanya pelacur jalang. Maka kuputuskan aku tak mau melahirkan anak.

“Ma, aku rindu pelukan. Tiga tahun aku mencoba pulang dan mama masih menolakku” ucap nya perlahan. Ada harapan di matanya yang mulai memudar.

Kali ini airmataku menetes, baru kali ini aku merasa menyesal telah menggugurkan kandunganku. Ku peluk tubuh kecilnya. Tak berapa lama ku rasa ada yang aneh, kubuka mata dan kudapati hanya ada sepasang sayap yang kudekap erat. Malaikat.



Februari 03, 2012

Surat Cinta Picisan

#30HariMenulisSuratCinta

Untuk kamu yang setiap hari semakin sukses menambah lebar senti jarak diantara kita..



Akhirnya aku harus mengucapkan kalimat klise ini, “jika waktu bisa diulang, aku ingin kembali pada hari kemarin. sehingga, pagi ini, aku tidak mendapati dirimu telah membenciku.” tapi kalimat ini akan jadi sia – sia, karena aku tidak akan bisa kembali pada hari kemarin. aku bisa saja meminta maaf seribu kali, tapi mungkin kau sedang tidak punya satu pun maaf untuk diberikan kepadaku. ya, tapi memang hanya maaf yang diikuti janji tak akan mengulangi kesalahan yang sama yang bisa kuberikan saat ini.

Aku sudah mengutarakannya padamu, bahwa, untuk kesalahan ini, aku siap kautinggalkan. tapi demi tuhan, aku tak akan pernah siap untuk menjadi seseorang yang kau benci. aku yakin, aku telah jatuh pada cinta yang baik, maka aku ingin jatuh selamanya.

Surat ini pun tak memintamu untuk tetap tinggal, sebab saat memilikimu, aku telah siap untuk kehilangan. Aku suka melihatmu bahagia, dengan siapapun, sekalipun dengan seseorang yang mencintaimu tidak lebih daripada aku mencintaimu. Sebab, aku tahu, setiap orang telah memilih kebahagiaannya masing – masing. Dan aku memilih bahagia dengan mencintaimu.

Mungkin kau akan menganggap kalimat – kalimat dalam surat ini adalah kalimat picisan, tapi hanya inilah yang mampu diutarakan seorang aku, seorang yang telah mampu mencintaimu.



Love,
ham

Pada hari pernikahan kalian nanti

#30HariMenulisSuratCinta


Teruntuk dua saudara-yang-tuhan-lupa-beri-ikatan-darah





Suatu hari nanti kalian akan menikah dengan laki-laki baik. Bukan karena kalian perempuan baik (sebab kalian suka bilang kalau kalian bukan perempuan baik), tapi karena kalian teman yang baik. Maka teman-teman kalian akan mendoakannya begitu dan Tuhan akan mengabulkannya.


Di pernikahan kalian nanti, aku akan memakai gaunku yang terbaik. Bukan celana jeans dan sneakers. Bukan sesuatu yang kupakai karena tak punya pakaian lain. Tapi sesuatu yang telah kucari berminggu-minggu. Lalu aku akan berdandan yang manis. Bukan sekadar polesan lipstik dan eyeshadow seadanya. Kalian tak pernah melihatku berdandan semanis itu sebelumnya.


Aku akan menuliskan masing-masing kalian sebuah sajak dan membacakannya sendiri. Sajak itu kelak kalian simpan di laci kamar dan kalian tunjukkan pada anak kalian kelak saat dia remaja. Nanti aku pasti berharap kalian menangis sedikit—tapi mungkin itu berarti aku teman yang egois karena pasti make-up kalian juga luntur sedikit.


Saat menyalami kalian di pelaminan nanti, aku akan berbisik pada masing-masing suami kalian: jaga dia baik-baik. Sebab dia teman yang baik. Kata-kata yang sama dengan yang kubisikkan pada Tuhan. Telah kulakukan dari sekarang, meski tidak setiap hari.


Kalian akan menjadi perempuan paling bahagia dengan kehidupan yang baik. Entah kapan, tapi akan.




Terima kasih sudah lancang memasuki hidupku, My Vera ochtaviani dan Dian Pertiwi :">


Love,
ham

Februari 01, 2012

Saat Cinta Tak Harus Dipertahankan

Tok.. Tok.. Tok.. Palu hakim diketukkan tiga kali, pertanda perpisahan kami telah sah di mata hukum. Ku seka air mata yang jatuh di pipiku, aku harus kuat, harus mampu menahan perih ini. Bagaimanapun juga ini adalah pilihan terbaik. Tak ada yang lebih baik, karna memang tak ada pilihan lain.
Aku masih tertunduk lesu di ruang persidangan. Alvin segera menghampiriku, memelukku, membenamkan kepalaku di bahunya yang kekar, bahu yang selalu menjadi tempat bagi luka-lukaku, tapi kini harus ku tinggalkan. Kami menangis, dan mencoba saling menguatkan.

**

Sudah dua hari badan Angel panas, ia terlihat pucat dan nafsu makannya menurun, ia juga tak pernah lagi menghabiskan susu botol yang ku buatkan. Malam itu aku dan Alvin segera membawanya ke rumah sakit, setelah menjalani pemeriksaan sana sini akhirnya dokter mengatakan apa penyakit yang diderita oleh Angel.
“Bu, bedasarkan pemeriksaan yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa anak bapak dan ibu mengidap penyakit kelainan darah.” napasku terhenti sesaat, ketegangan merayap dalam tubuhku perlahan, aku mencoba menerka nerka kata dokter dan berusaha mensugesti diriku sendiri bahwa penyakit ini tidak berbahaya. Bagaimanapun juga kata kelainan darah cukup menggetarkan hatiku. Tapi aku gagal, setelah ku dengar apa kata dokter selanjutnya. “Penyakit ini merupakan kelainan darah yang diwariskan oleh orang tuanya dan di derita oleh anak sejak lahir. Kelainan ini berupa pendeknya usia sel darah merah yang dimiliki dan sel darah merah tersebut tidak bisa berkembang.” pikiranku seperti dipenuhi berkarung-karung tanda tanya yang sebentar lagi pasti akan terjawab. Tapi kelainan darah seperti apa? Tertular dari akukah? Alvin kah?
Aku berusaha tenang, meski pada saat itu aku tak bisa berpikir apapun, aku kalut, bingung, sedih, semua teramu dalam hatiku.
“Lalu bagaimana pengobatannya dok?” ucap Alvin sembari merangkul pundakku. Aku tahu ia mencoba menenangkanku.
“Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya.” seperti mendengar suara petir yang cukup keras dan petir tersebut mengenai tubuhku dengan tepat, tanpa meleset satu incipun. Tak lagi ku rasakan apapun kecuali airmata yang tak berhenti mengalir dari sudut mataku. “untuk bisa membuatnya tetap bertahan hidup, sepanjang hidupnya anak bapak dan ibu harus menjalani tranfusi darah, hal ini untuk mengganti sel sel darah merah yang telah mati.” terang dokter.
“sepanjang hidupnya dok?” tanyaku. Dokter itu hanya mengangguk. Seluruh persendianku menjadi lemah, bahkan untuk menggerakkan tangan dan kakiku pun terasa sangat berat. Satu satunya anggota tubuh yang bisa ku gerakkan adalah kelopak mataku. Berkedip. Silih berganti ku dengar penjelasan dokter dan pertanyaan pertanyaan Alvin kepadanya, sementara aku tak mampu bersuara sedikitpun.

**

Belum genap satu tahun seusai vonis dokter, Angel menghebuskan napas terakhirnya. Mungkin ia telah lelah menjalani rutinitas hidupnya, obat, suntikan, obat, suntikan. Sementara aku dan Alvin harus banting tulang dan otak untuk membiayai pengobatan Angel. Bayangkan sepuluh juta rupiah harus kami siapkan tiap bulannya untuk biaya pengobatan. Andai saja kami adalah orang kaya, maka itu bukanlah masalah sulit.
Aku hanya ibu rumah tangga yang membuka usaha salon kecantikan di rumah, sementara Alvin hanya hanya seorang pegawai disebuah perusahaaan swasta. Total pendapatan kami dalam satu bulan paling banter hanya lima juta rupiah. Itu pun masih harus digunakan untuk keperluan rumah tangga. Setahun berjuang membeli tiap tetes darah dan obat untuk nafas Angel, kami telah menjual rumah yang kami tempati dan pindah kerumah kontrakan, mobil butut yang biasa Alvin gunakan untuk bekerja pun telah terjual untuk pengobatan.
Kalian bisa bayangkan betapa sakit dan hancurnya hatiku menerima kenyataan Angel harus meregang nyawa diusianya yang baru 15 bulan. Padahal aku dan Alvin telah berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankanya. Saat itu aku merasa seluruh duniaku berguncang, tiap aku berjalan seperti hanya ragaku yang malayang-lanyang dan jiwaku masih tertunduk tersedu di kamar Angel.

**

”Vin, aku tak bisa melanjutkan kisah ini” ucapku terbata dengan airmata yang mengalir deras di mataku.
”Maksudmu?” jawab Alvin dengan muka bingung. Aku tahu sebenarnya dia tahu apa yang aku katakan, dia pasti mengerti apa yang aku inginkan, namun ia hanya berusaha menahanku, pura-pura tak mengerti agar aku tak jadi mengucapkan semuanya. Tapi aku tak mau peristiwa yang sama terulang, aku tak sanggup harus kehilangan buah hatiku dengan penyakit yang sama.
Aku dan Alvin sama sama pengidap Thalasseamia minor, maka kelak anak (keturunan kami) berpeluang untuk mengidap thalasseamia mayor (seperti Angel) meskipun tidak 100% karna masih ada kemungkinan bahwa anak kami bisa saja normal karena mewarisi masing-masing gen baik kami, Thallasseamia minor karena mewarisi salah satu gen gagal, atau kemungkinan terburuknya adalah Thalasseamia mayaor karena mewarisi gen buruk dari kami berdua. Tapi aku tak mau main untung-untungan, kehilangan Angel telah membuat separuh hidupku hancur dan aku tak mau kelihangan lagi anak-anakku kelak karena hal yang sama.
Bukan hanya karena aku takut kehilangan, jika saja pernikahan ini terus kulanjutkan maka dengan sengaja aku telah membiarkan calon anak kami terlahir dengan penyakit yang berbahanya hanya karena keegoisan cinta.
”Aku ingin mengakhiri pernikahan ini, agar kelak tak ada lagi Angel lain dalam hidup kita, agar tak ada perih lain yang mengiris-iris hati kita” aku berusaha kuat. Aku yakin ini adalah pilihan terbaik, meski adalah jalan tersulit.
”Aku menyayangimu Gita, sangat menyayangimu, bagaimana aku bisa melepasmu, sungguh aku tak akan bisa hidup tanpamu,” Alvin mendekap tubuhku, aku tahu saat ini dia benar-benar bersedih.
”Aku tahu Vin, kita memang saling mencintai. Tapi apakah cinta yang egois yang kita miliki? Apakah cinta yang sadis harus kita pertahankan? Mengorbankan kehidupan anak-anak kita kelak? Aku tak sanggup Alvin. Sungguh aku tak sanggup” tangisku pecah di bahunya.
Sesaat suasana hening, kami tenggelam dalam airmata masing-masing. Mencoba menemukan terang dalam kegelapan.
”Git, kita bisa memilih tidak memiliki anak sayang, kita adopsi saja anak yatim untuk kita rawat” Alvin memecahkan kesunyian, berusaha memberi pilihan.
Aku menatap matanya tajam, masih kulihat bekas-bekas airmata disana. ”Dan kau rela tak memiliki keturunan yang akan terus mengalirkan darahmu?” Sejenak Alvin terdiam, aku tahu dia sulit untuk memilih, karena sama sekali tak ada pilihan dalam kisah ini. ”kita telah melewati ribuan hari bersama, mungkin bukan hal yang mudah untuk bisa melupakan semuanya, tapi kau tak boleh lupa bahwa ada ribuan hari yang jauh lebih banyak pernah kau lewati tanpaku, sebelum kau mengenalku. Aku yakin kita akan kuat. Kita pasti bisa.” entah mengapa aku menjadi begitu tegar dalam menghadapi masalah ini. Ya, mungkin karena kesedihanku telah terbawa oleh kepergian Angel.

**

Setelah mecoba mencari jalan keluar dan mencoba merenungi beberapa waktu, akhirnya kami sepakat untuk bercerai. Perpisahan yang sungguh tak pernah kami harapkan, tak pernah kami bayangkan. Dan yang paling terasa menyakitkan adah perceraian ini harus terjadi disaat hati kami masih saling mencinta. Tapi kami percaya bahwa memang ada saatnya cinta tidak harus dipertahankan.

End


Note:
Thalasseamia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal. Kalau sepasang penderita penyakit ini menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25% kemungkinan bebas talase. Sumber: Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Thalassemia)

Dipostkan pada pagi yang paling dini di Satu Februari.

#NowPlaying Anji Accoustic - Melepasmu
Thanks for reading.
Love,
ham